BUDAYA PERUSAHAAN (CORPORATE CULTURE)



BUDAYA PERUSAHAAN (CORPORATE CULTURE)


Secara sederhana, budaya perusahaan kerap didefinisikan sebagai : “Begitulah cara kami bekerja di sini.” Namun, definisi yang lebih “akademis”, budaya perusahaan adalah nilai-nilai pokok yang menjadi inti dari falsafah bekerja dalam organisasi, yang membimbing seluruh karyawan dalam bekerja, sehingga perusahaan akan mencapai sukses dalam usahanya.

Perusahaan yang memiliki budaya perusahaan yang kuat akan mampu bertahan lama. Contohnya : IBM dengan IBM means services, P&G dengan business integrity, fair treatment of employees. Memang, bisa saja perusahaan itu sukses tanpa memiliki budaya perusahaan, tetapi keberhasilannya bersifat sementara. Perusahaan keluarga yang ambruk dua generasi setelah pendirinya meninggal, bisa menjadi contoh yang nyata.

Lalu bagaimana caranya membentuk suatu budaya perusahaan (Corporate Culture) yang kuat dan mampu membawa perusahaan bertahan lama? Terdapat sejumlah langkah yang dapat ditempuh dalam membentuk dan memelihara budaya perusahaan.

Langkah awal adalah usaha mengenali, menemukan, menyadari, dan menguraikan budaya perusahaan yang build-in di dalam organisasi. Hal-hal yang ditemukan pada usaha itu sendiri dari : Normaa-norma posotif dan norma-norma negatif, atau hal-hal yang hendak dipertahankan atau diperkuat dan hal-hal yang merupakan perselisihan antara apa yang ditemukan dengan budaya perusahaan yang dikehendakinya.

Langkah selanjutnya adalah menetapkan sasaran-sasaran yang jelas dan dapat diukur, mengenai bagaimana perselisihan dapat dikurangi dan norma-norma positif dipertahankan? Sasaran-sasaran program, dan sasaran kultural yang berupa keyakinan, sikap maupun perilaku.

Kegiatan itu disusul dengan perencanaan dan penerapan dari tindakan-tindakan yang secara ideal akan mewujudkan perubahan pada empat dimensi, yaitu pada setiap individu, pada anggota tim sekerja, pada pimpinan, dan pada organisasi secara proses, sistem, kebijakan, dan struktur.

Karena “Cara bekerja: sebuah perusahaan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terus berubah, maka saha untuk membentuk budaya perusahaan sebaikya ditinjau sebagai suatu sistem. Timbal balik sebaiknya diperoleh secara berkala guna meninjau kembali kecocokan dari asumsi-asumsi semula dan menyesuaikan tindakan selanjutnya.

Lalu dimana peran manajer dalam pembentukan budaya perusahaan? Setiap manajer harus memikul beban untuk membentuk atau memelihara budaya perusahaannya sesuai dengan otoritasnya. Ia merupakan penerjemah dari budaya perusahaan bagi bawahan di unit kerjanya.

Terjemahannya itu tentuk dipengaruhi oleh apakah seorang karyawan telah mengerti dan menerima makro kultural dari perusahannya. Bila sudah jelas, karyawan wajib memellihara, menguakan, dan mempertimbangkanya dalam setiap ketetapan dan kebijaksanaan perusahaan yang berakibat pada empat dimensi yang dibahas tadi, yaitu individu, kelompok, pimpinan, dan organisasi.

Jika setiap manajer mampu untuk menerjemahkan “makro kultur” perusahaan menjadi suatu “mikro kultur” di unitnya masing-masing, maka perusahaan itu akan seperti berlian : suatu badan, tetapi banyak segi. Adapun organisasi yang memiliki budaya perusahaan yang positif ibarat berlian yang tetap diasah dengan baik : meski banyak segi, cahayanya dapat menyatu. 
 
Sumber : Etika Bisnis Bagi Perilaku Bisnis (Agus Arijanto,S.E., M.M.)  
Penerbit : Rajawali Pers, 2011. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KOMUNIKASI LISAN DAN NEGOSIASI SERTA KOMUNIKASI DALAM TULISAN

Definisi Etika, Klasifikasi Etika, Prinsip Etika Dalam Bisnis, Model Etika Dalam Bisnis