KOMUNIKASI LISAN DAN NEGOSIASI SERTA KOMUNIKASI DALAM TULISAN
KOMUNIKASI LISAN, NEGOSIASI, DAN KOMUNIKASI TULISAN
Januari 12, 2018
I.
KOMUNIKASI LISAN
Pengertian komunikasi lisan ialah
bentuk komunikasi dengan mengucapkan kata-kata secara lisan dan langsung kepada
lawan bicaranya. Biasanya komunikasi lisan dapat dilakukan pada kondisi para
personal atau individu yang berkomunikasi berhadapan langsung.
Jenis – Jenis
Adanya perdebatan komunikasi lisan yang menggunakan
perantara atau alat ini muncullah dua jenis komunikasi lisan yaitu :
Komunikasi Lisan Langsung
·
Komunikasi lisan secara langsung ini merupakan
komunikasi lisan yang terjadi tanpa adanya perantara, jarak, dan alat atau
media yang digunakan dalam berkomunikasi.
Komunikasi Lisan Tidak Langsung
·
Berbeda halnya dengan komunikasi lisan tidak
langsung yang menggunakan media atau alat perantara berupa telepon, komputer,
televisi, atau yang lainnya sebagai penyampai pesan atau informasi kepada
komunikan.
II.
NEGOSIASI
Pengertian negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial
saat pihak-pihak yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang
berbeda dan bertentangan.
Tujuan negosiasi adalah antara lain :
1.
Untuk menemukan suatu kesepakatan kedua belah
pihak
2.
Untuk memenuhi harapan/keinginan kedua belah
pihak
3.
Untuk mendapatkan sebuah keuntungan atau
menghindari kerugian, atau memecahkan masalah lain
Dalam melakukan negosiasi terdapat 6 tahapan yang penting
yang harus dilakukan :
1.
Persiapan meliputi : Mengumpulkan informasi,
Menentukan tim negosiasi, dan Mengusahakan lebih banyak mengenal profil pihak lawan.
2.
Kontak pertama : Tahap ini adalah tahap
pertemuan secara langsung antara kedua belah pihak yang terlibat dalam proses
negosiasi.
3.
Konfrontasi :
Tahap ini adalah
tahap dimana sering
terjadinya adu argumentasi
antara kedua pihak
terhadap segala sesuatu yang
dinegosiasikan.
4.
Konsiliasi : Bentuk konsiliasi adalah melakukan
tawar menawar untuk memperoleh titik temu atau kesepakatan yang betul-betul
disepakati dan bermanfaat bagi kedua
belah pihak.
5.
Solusi : Tahap dimana kedua belah pihak mulai
saling menerima dan memberi,
atau dimana para negosiator mulai
menemukan titik kesepakatan
bagi kedua belah
pihak dengan cara
mereka masing-masing dengan mengembangkan sikap
relasional.
6.
Pasca Negosiasi : Tahap ini
adalah tahap terakhir
dari negosiasi yaitu
bentuk konsolidasi bagi
kedua belah pihak.
III.
KOMUNIKASI LISAN DAN NEGOSIASI
1)
Komunikasi Lisan dalam Rapat
Di dalam pertemuan dan rapat
setiap peserta harus menyadari posisinya dalam forum tersebut. Tiap peserta
hendaknya:
·
Mampu berkomunikasi secara jujur, terbuka dan
bertanggung jawab.
·
Mampu berperan sebagai komunikator yang
berpartisipasi aktif namun tidak memonopoli pembicaraan.
·
Mampu berperan sebagai komunikan yang sangat
responsif namun tidak emosional.
·
Mampu berperan sebagai penyelaras yang sangat
bijaksana dan adil namun tidak kehilangan pendirian.
·
Mampu mengendalikan diri, dan menghindarkan
terjadinya debat serta tidak berbicara bertele-tele.
2)
Komunikasi Lisan dalam Wawancara
Wawancara pada dasarnya adalah
obrolan biasa, hanya saja dengan topik tertentu, dan ada pihak yang lebih
dominan bertanya (pewawancara) dan pihak lain dominan menjawab, menjelaskan,
atau memberi informasi (narasumber). Wawancara sangat penting dalam penelitian
kualitatif, karena ia merupakan sarana atau teknik pengumpulan data/informasi.
Setiap pengumpulan data kualitatif hampir selalu membutuhkan wawancara dengan
sumber informasi, misalnya saksi mata, pelaku, pengamat, korban dan sebagainya.
Wawancara adalah salah satu teknik meliput, selain terjun langsung ke lapangan
atau tempat kejadian peristiwa dan studi literatur atau studi kepustakaan.
Etika dalam wawancara di antaranya adalah:
(1) sebutkan/perkenalkan
identitas diri,
(2) jelaskan tujuan wawancara,
(3) datang tepat waktu,
konfirmasi bila terlambat, dan
(4) menghormati permintaan
responden, buat secara tertulis.
Sikap dalam wawancara yang perlu
diperhatikan:
·
Fokus pada lawan bicara.
·
Fokus pada pembicaraan.
·
Tidak boleh memotong pembicaraan.
·
Gunakan volume suara yang baik (berbicara tidak
terlalu keras).
·
Sabar.
·
Lakukan verifikasi jika ada kekurangan.
·
Jangan menyakiti hati responden.
·
Hindari bahasa menggurui responden.
·
Hindari kata-kata kasar (kotor).
·
Bersikap ramah.
·
Hindari sikap rakus.
·
Hindari tatapan yang menyelidik/melotot
·
Ucapkan terima kasih.
3)
Komunikasi Lisan dalam Bernegosiasi
Sebagai mana kita sering
mendengar negosiasi diartikan sebagai proses yang melibatkan upaya seseorang
untuk merubah atau tidak merubah sikap dan perilaku orang lain. Sedangkan
pengertian yang lebih terinci menunjukkan bahwa negosiasi merupakan proses
untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timabal balik dari
pihak-pihak dengan sikap, sudut pandang, dan kepentingan-kepentingan yang
berbeda satu sama lain. Negosiasi, baik yang dilakukan oleh seorang pribadi
dengan pribadi lainnya, maupun negosiasi antara kelompok dengan kelompok (atau
antar pemerintah), senantiasa melibatkan pihak-pihak yang memiliki latar
belakang berbeda dalam hal wawasan, cara berpikir, corak perasaan, sikap dan pola
perilaku, serta kepentingan dan nilai-nilai yang dianut. Pada hakikatnya
negosiasi perlu dilihat dari konteks antar budaya dari pihak yang mela-kukan
negosiasi, dalam artian perlu komunikasi lisan, kesedian untuk memahami latar
belakng, pola pemi-kiran, dan karakteristik masing-masing, serta kemudian
berusaha untuk saling menyesuaikan diri.
Agar dalam berkomunikasi lebih
efektif dan mengena sasaran dalam negosiasi bisnis harus dilaksanakan dengan
melalui beberapa tahap yakni:
1.
Fact-finding, mengumpulkan fakta-fakta atau data
yang berhubungan dengan kegiatan bisnis lawan sebelum melakukan negosiasi.
2.
Planning/rencana, sebelum bernegosiasi/berbicara
susunlah dalam garis besar pesan yang hendak disampaikan. Berdasarkan kerangka
topik yang hendak dibicarakan rincilah hasil yang diharapkan akan teraih.
Berdasarkan pengenalan Anda terhadap lawan tersebut, perkirakan/bayangkan
kemungkinan reaksi penerima pesan/lawan berbicara terhadap apa yang Anda
katakan.
3.
Penyampaian, lakukan negosiasi/sampaikan pesan
dalam bahasa lawan/si penerima. Usahakan gunakan istilah khas yang biasa
dipakai oleh lawan negosiasi kita. Pilihlah kata-kata yang mencerminkan citra
yang spesifik dan nyata. Hindari timbulnya makna ganda terhadap kata yang
disampaikan.
4.
Umpan balik, negosiator harus menguasai bahasa
tubuh pihak lawan. Dengarkan baik-baik reaksi lawan bicara. Amati isyarat
prilaku mereka seperti: angkat bahu, geleng–geleng kepala, mencibir, mengaggguk
setuju. Umpan balik dapat untuk mengetahui samakah makna yang disampaikan
dengan yang ditangkap lawan negosiasi bisnis kita.
5.
Evaluasi, perlu untuk menilai apakah tujuan
berkomunikasi/negosiasi sudah tercapai, apakah perlu diadakan lagi, atau perlu
menggunakan cara-cara untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Meskipun pesan yang disampaikan
dapat diterima dengan baik, bukan berarti hasil yang diharapkan akan diperoleh
sesuai dengan yang direncanakan semula. Yang sering terjadi justru perbedaan
pandangan terhadap cara penyelesaian masalah antara pemberi dan penerima pesan.
Sehingga diperlukan pembicaraan lebih lanjut, yang memerlukan perjuangan
tersendiri bagi pengirim pesan dalam menyampaikan dan memenangkan pendapatnya.
Kalau terjadi adu pendapat antara negosiator dengan pihak
lawan maka timbul dorongan untuk menang. Keinginan untuk menang di satu sisi
dengan mengabaikan kekalahan di pihak lainnya, biasanya sulit tercapai. Untuk
itu digunakan strategi menang-menang (win-win solution). Artinya ada sebagian
keinginan kita yang dikorbankan dengan mengharapkan pihak lawan juga akan
mengorbankan hal yang sama, sehingga kesepakatan di antara kedua belah pihak
dapat tercapai.
IV.
KOMUNIKASI TULISAN
Ialah komunikasi yang dilakukan
yang melalui sebuah tulisan yang dilakukan dalam kegiatan surat menyurat yang
melalui pos, telegram, fax, e-mail dan sebagainya. Dalam dunia bisnis
komunikasi tertulis ini terbilang sering dilakukan. Contoh bentuk komunikasi
tertulis misalnya ketika melakukan surat-menyurat bisnis, seperti :
·
Membuat dan mengirim surat teguran kepada
nasabah yang menunggak pembayarannya.
·
Membuat dan mengirim surat aduan ( claim )
kepada pihak lain.
·
Membuat dan mengirim surat penolakan kerja.
·
Membuat dan mengirim surat penawaran harga
barang kepada pihak lain.
·
Membuat dan mengirim surat konfirmasi barang
kepada pelanggan.
Komunikasi tertulis dapat dipilih bilamana :
1.
Pesan atau subjek yang ingin disampaikan cukup banyak
dan komplek; perlu penjelasan panjang lebar suatu teknis; perlu visualisasi
pesan dalam bentuk angka-angka, grafik, gambar, data statistik.
2.
Penerima pesan terpisah jarak jauh dengan
pemberi pesan.
3.
Memerlukan laporan, data atau dokumen tertulis
untuk arsip.
4.
Tidak dibutuhkan tanggapan cepat dari penerima
pesan.
Kelebihan komunikasi tulisan
Pertama, komunikasi tertulis lebih tahan lama. Artinya,
komunikasi tertulis memiliki bentuk fisik baik berupa kertas, kulit binatang
maupun prasasti batu.
Kedua, komunikasi tertulis berlangsung secara massive dan
dinamis. Berkat jasa Gutenberg, informasi dapat diproduksi secara massal dengan
biaya yang lebih murah. Sehingga informasi dapat tersebar dengan cepat dan
mudah.
Ketiga, komunikasi tertulis relatif lebih terstruktur dan
terencana. Sebagai sebuah tindakan strategis (Littlejohn, 2002:13), komunikasi
lebih bisa direncanakan dan disusun ketika disampaikan melalui media tulisan.
Keempat, ketika kita tidak memahami sesuatu hal dari apa
yang kita baca atau kita menemui kata asing, kita bisa mengulangi beberapa
paragraf sebelumnya, menggunakan kamus atau bertanya kepada seseorang untuk
memahaminya.
Kelemahan komunikasi tertulis
Pertama, keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk
mewakili objek atau perasaan. Tidak semua benda, peristiwa, perasaan dapat
diwakili oleh kata yang berbeda.
Kedua, kata bersifat ambigu dan kontekstual. Setiap kata
(meskipun sama) berpotensi untuk dimaknai secara berbeda oleh orang yang
berbeda.
Ketiga, hubungan antarpartisipan komunikasi berjarak.
Komunikator tidak bisa berinteraksi dengan audien secara langsung, melihat
perubahan sikap yang terjadi atau merespon sikap audien.
V. STUDI KASUS
1. Komunikasi Lisan
Tahun 1993, pilot China yang menerbangkan pesawat MD 80
buatan AS berusaha mendarat dalam cuaca buruk berkabut tebal di Urumqi, barat
laut China, Mereka dibingungkan oleh alarm radio dari sistem peringatan
kedekatan dengan permukaan tanah pada Jet itu, yang memperingatkan pilot bahwa
mereka mendekati permukaan tanah terlalu cepat. Sebelum jatuh, perekam di
kokpit merekam seorang crew yang berkata kepada yang lain dalam bahasa China :
Apakah artinya “pull up”? Pesawat itu menabrak pusat tenaga listrik dan jatuh,
menewaskan 12 orang.
Penghalang komunikasi pada kasus di atas adalah :
bahasa : pada kasus Pilot China terjadi karena
ketidakmampuan crew menterjemahkan arti kata “pull up”.
2. Komunikasi Tulisan
Untuk penyampaian pesan-pesan bisnis dengan tulisan memang
relative jarang dilakukan, walaupun demikian komunikasi tertulis ini bukan
berarti tidak penting dan telah ditinggalkan. Tidak semua hal atau pesan bisnis
dapat disampaikan dengan komunikasi lisan. Terkadang pesan bisnis ini perlu
atau harus disampaikan dalam bentuk komunikasi tertulis. Hal ini terutama pada
pesan yang sifatnya sangat penting dan kompleks. Pesan yang seperti ini lebih
tepatnya jika disampaikan dengan menggunakan tulisan.
Untuk bentuk-bentuk komunikasi tertulis yang sering dilakukan
dunia bisnis, diantaranya ada surat-surat bisnis, memo dan laporan. Selain itu
juga contoh komunikasi tertulis yang lain juga dapat dilihat dari bentuk
komunikasi dari perusahaan kepada customer atau pelanggan yang berupa
selebaran.
Sumber:
http://fanipersonita.blogspot.co.id/2016/05/komunikasi-lisan-dan-negosiasi_31.html
http://hilmansay.blogspot.co.id/2014/11/komunikasi-tulisan.html
http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-komunikasi-lisan-dan-tertulis-secara-lengkap/#
http://jibonkrocksite.blogspot.co.id/2013/11/studi-kasus-komunikasi.html
https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-lisan
Komentar
Posting Komentar